Laman

Sunday, September 26, 2010

Ada Cinta di Facebook-ku (Cerpen Remaja)


“Hyy Pangeran Mimpi...”, sapaan dari salah satu teman Facebook-ku melalui jendela obrolan. “ya??” jawabku singkat karena aku tidak mengenali siapa pemilik akun yang menyapaku itu. Kemudian dia membalas lagi, “anak mana??”. Pertanyaan basa-basi yang menurutku tidak penting untuk dijawab. Dalam hati aku mengumpat “kenapa tidak kau buka saja info profilku lalu lihat dsitu.” Kuabaikan pertanyaan itu. 

Aku sedang sibuk mengutak-atik isi profil seorang cewek yang menyemprotku dengan kata-kata kasar kemarin dulu. “Brengsekk.. ada yang udh pake fesbuk ku.. mudah2n dia masuk neraka bla bla bla dan bla bla bla (menyumpahiku dengan kata-kata kasar yang lain)”. Begitu kira-kira isi postingan statusnya waktu itu.

Anehnya, hari ini dia malah menanggapi permintaan pertemanan Facebook yang kukirimkan. Mungkin dia tidak tau bahwa akulah si pelaku yang tidak sengaja menemukan akunnya yang belum di-Log-Out pada salah satu KBU di warnet 29net tempo hari. Dengan niat yang baik, dan bermaksud untuk mengingatkan kutulis dan ku-Update statusnya “Lain kali klo mw udahan main facebook jangan lupa di logout dlu neng!!!.” Kemudian segera ku-log out dan log in kembali ke akunku sendiri. Hanya itu, aku tak menyentuh yang lain, membuka album fotonya pun tidak, atau bahkan sampai merubah isi profilnya, tidak sama sekali. Tapi kenapa Princess Wuiihh Prikitieuw si pemilik akun sampai semarah dan semurka itu?? Aku masih tak habis pikir..


Walaupun sebenarnya dalam hati masih tak bisa menerima sumpah serapah yang dia ucapkan, dengan kepala dingin dan mencoba bijak, kukomentari postingan statusnya yang kasar itu yang sebelumnya sudah banyak orang yang lebih dulu mengomentarinya, “Nda pantas cewek secantik dan semanis princess brkata kasar sprti itu, brsyukur FBnya masih dkembalikan, gmna coba klo passwordnya dganti??.” Tak ada balasan, sampai pada keesokan harinya postingan itu dia hapus.

***

Beberapa waktu berlalu, sejak pertemuan yang tidak disengaja itu yang sampai saat ini masih melekat dalam ingatan. Sejak saat itu pula aku mulai mencari-cari tau dan mengumpulkan semua data tentang Princess. Entah apa yang membuatku melakukan hal ini. Mungkinkah karena aku masih tidak terima dengan sumpah serapahnya? Tapi untuk apa? Toh dia juga tidak tau kalau akulah yang memakai FB-nya waktu itu. Atau mungkin karena ada hal lain? Aku juga tidak mengerti. Yang aku tau, hasratku hanya ingin mengetahui semua tentang dia.

Semua info telah kudapatkan. Mulai dari data diri, sifat, hobby sampai kegiatan sehari-harinya pun sudah aku ketahui. Setelah melakukan investigasi melalui Facebook dan orang-orang yang dekat dengannya layaknya seorang detektif tapi gadungan. Yahh, cukuplah untuk memuaskan hasratku untuk mengenalnya walaupun secara tidak langsung. Tapi masih ada satu hal yang belum kutau, nomor handphone-nya. Teman-temannya enggan memberi tau karena alasan kepercayaan. “Lebih bagusnya kakak minta sendiri langsung sama yang bersangkutan!!” itu kata mereka.” Hal yang sangat sulit bagiku.

***

Hampir setahun waktu berlalu, hari-hariku tak pernah absen memandangi wajah Princess Wuiihh Prikitiuuww, walau hanya melalui walpaper handphone-ku saja. Juga setiap kali aku membuka Facebook-ku hal yang pertama kali kulakukan adalah mengetik nama Princess di tab pencarian kemudian membuka profilnya, kubuka setiap album fotonya lalu kubaca setiap postingan status terbaru dan komentar orang-orang yang berkomentar di postingan statusnya. Terkadang aku mencoba berspekulasi ikut berkomentar, namun sangat jarang dia membalas komentarku. Kalaupun direspon, responnya datar-datar saja atau dijawab dengan singkat “Y” atau “hmm”. Dari sini aku mulai mempelajari karakter gadis yang kukagumi itu.

Yah, tak bisa kupungkiri dari sekian banyak lelaki aku salah satu yang juga menjadi pengagum berat-nya, pengagum rahasia lebih tepatnya. Berbeda dengan kebanyakan mereka yang berlomba-lomba mencari-cari perhatian, selalu memberi perhatian lebih, mengirimkan puisi-puisi Cinta (gombal) yang pasaran, bahkan secara terang-terangan mereka berani mengungkapkan perasaan. Tidak pernah sama sekali aku berani melakukan  hal yang seperti orang-orang itu lakukan. Memperhatikan dan mengaguminya dari balik tembok persembunyian itu kurasa sudah cukup menyenangkan perasaanku, namun terkadang juga malah membuatku merasakan sakit karena menyadari bahwa diriku tidak lain hanyalah seorang yang penakut, pemalu dan pecundang.

Angan, khayalan dan mimpi menjadi teman sejatiku. Aku selalu berkhayal dan ber-andai-andai ketika setiap kali membaca postingan status baru dari Facebook-nya.
“ciNt@ in Bwt zP???”,
“zP yg Mw amblKn k Bintang D'lanGit???”
“SeanDainX aj,dunia in Sprti negri DOnGeng,aq hnx Du2k d'istana dn mNg2u Pangeran mNjmpuTQ... HE...HE...HE...”

Ingin sekali rasanya mengomentari postingan-postingan statusnya itu.

“Tak ada yg lbih pantas mendapatkan cinta darimu kecuali aku”
“aku bisa, bahkan seluruh isi jagad raya akan kuambil dan kuberikn untukmu, tp Q takut bila dlm perjalannku mnuju bintang Q tersesat dan mati tak bisa pulang menemuimu, gmna cranya aku mengobati rasa rinduku bila qta jauh?? dak ada facebook di akhirat JJ”
“y, s’andainya sj mmg sprti dnegri dongeng Q kan lbh brani dan brkata: tak perlu mnunggu.. aku pangeranmu.. segera mnjemputmu princessQ!!”

Begitulah kira-kira isi komentar yang akan kutulis di setiap postingan statusnya itu jika seandainya aku memiliki keberanian dan tak mempunyai rasa malu yang berlebihan. Tapi semuanya kulakukan hanyalah dalam angan dan khayalanku saja.

“Seumpama gumpalan awan hitam, mendung seakan menumpahkan jutaan bulir-bulir air, namun pun setetes, tak jua berderai dari gumpalan.”

Hal yang paling berani kulakukan hanyalah memberi jempol (like) postinganya saja. (klo di umpamakan lagi dengan hujan, berarti hanya setetes ji itu dih?? Pacce na!!!)

***

Hari ini adalah hari yang paling bahagia buatku. Cukup lama aku mengobrol dengan Princess yang wuiihh dan prikitiuw itu. Walaupun setiap pertanyaan-pertanyaanku hanya dijawab dengan kata-kata yang singkat, tapi.., begitulah dia, aku mulai memahaminya dan aku tetap bersemangat. Akhirnya kumulai memberanikan diri dan mencoba meminta nomor ponselnya. Kukuatkan batinku dan bersiap untuk kecewa, karena aku tidak yakin dia mau memberikannya padaku. “085239680656” (hehe.. pasti banyak yg misscall2 ka ine..), dijaga baik2!!” Prediksiku meleset, dia memberikan nomor ponselnya. Tak bisa kulukiskan kegembiraanku ini. “Off dlu yagh” katanya mengakhiri percakapan kami melalui aplikasi chatting Facebook. “Thankz a lot princessku” ucapku dalam hati.

Terhitung setahun lebih sebulan sejak awal pertemuan kami di Facebook, aku baru mengetahui nomor ponselnya. Dua bulan belakangan ini, keberanianku mulai muncul untuk menyapanya melalui coment-comentku disetiap status-statusnya atau sekedar menyapa melalui aplikasi obrolan chatting Facebook. Kami mulai sedikit akrab. Namun sejak keakraban itu terjalin, tak pernah sekalipun aku menyinggung atau memberi tanda bahwa aku menyukainya. Untuk hal yang satu ini aku belum berani. Jika saja dia tau, aku takut Princess malah akan menghindariku. Tampang, style, dan kondisi keuanganku yang serba pas-pasan selalu membuatku merasa minder dan merasa tak pantas menjadi pangeran yang cocok mendampingi Princess yang cantik nan jelita itu. “Hanya bermodalkan cinta, Mau di apa?” kata-kata yang selalu muncul dibenakku yang membuat dan memaksaku untuk selalu berkaca atau tau diri.

***

Hubunganku dengan Princess semakin dekat, tapi hubungan dekat yang kumaksud di sini masihlah sebatas teman biasa (itu mungkin anggapan bagi Princess, namun bagiku dia tetap yang terspecial) (mdedehh..lebbay mu cowo’!! ; mau-mauku, cerpen ji ine). Pasalnya, komunikasi kami tidak hanya melalui Facebook saja, setelah dia memberikan nomor ponselnya aku sering menanyakan kabarnya melalui SMS atau menelponnya langsung.

 Di satu waktu, aku memberanikan diri menyinggung dan menanyakan tentang “teman dekatnya”, apa ada yang akan marah atau cemburu jika aku sering menghubunginya, atau mungkin Princess merasa risih dan tidak senang kalau aku sering SMS atau nelpon. Pertanyaan pertama hanyalah sekedar pertanyaan basa-basi atau hanya spekulasi saja, karena aku tau semenjak beberapa bulan yang lalu dia menjomblo setelah memutuskan hubungan dengan pacarnya. Yang ingin kutau jawabannya hanyalah pertanyaan ke-dua. “Siapa juga yang mau marah, ga’ ada yang bakal marah, saya bebas berteman dengan siapa saja” jawaban pertanyaan pertama, “ga’ kok.. malahan saya senang ada yang nemenin SMS-an atau ngobrol lewat telpon.” Jawaban yang kutunggu. Aku mulai sedikit bernafas lega setelah mendengar jawabannya itu. Kemudian kulanjutkan percakapanku dengan pembahasan lain, hingga sebelum mengakhiri pembicaraan aku memberi sedikit “tanda” kukatakan bahwa masih ada pertanyaan-pertanyaan dan sesuatu hal yang ingin kuutarakan, tapi hal itu akan kulakukan jika nanti aku sudah memiliki nyali yang cukup besar. Jawabnya “Iya” saja, tak ada rasa penasaran darinya yang kutangkap. Nyaliku ciut, responnya membuatku down dan mengurungkan niat untuk mengungkap rasa yang kupendam. Belum perang aku sudah mati duluan.

Dua minggu waktu berselang, aku tak pernah menghubunginya, baik melalui FB ataupun telpon seluler. Hingga pada hari ini tak kusangka dia mulai menyapa dan menanyakan kabarku melalui SMS. Perasaanku bercampur aduk. Senang, heran, dan masih tak menyangka. Ada angin apa?. Tiba-tiba dia yang menyapaku duluan. Sebelum-sebelumnya akulah yang selalu mengawali menyapa. Aku mulai ke-GR-an. Aahh.. entahlah, yang jelasnya saat ini aku sangat bahagia. Nyaliku mendidih hingga 80 derajat Celcius. Dan setelah berpikir panjang dan berpikiran bahwa takkan tumbuh cinta bila tak pernah bertemu, kuputuskan untuk mengajaknya jalan. Andai dia setuju, itu akan menjadi pertemuan pertamaku secara langsung selama satu tahun lima bulan. “Kapan?”, tanyanya tentang waktu kapan saya mau. “Terserah dari Princess aja, kapan ada waktu.” Jawabku dengan harapan dia maunya hari ini atau besok, atau lusa mungkin, atau kapan sajalah asalkan dia mau. “Nanti kukabari yah!” katanya lalu mengakhiri SMSan kami waktu itu.

 Hari-hariku selanjutnya kujalani dengan menunggu dan terus menunggu. Seminggu, dua minggu bahkan sudah dua bulan belum juga ada kabar dia akan siap bertemu denganku. Setiap handphone-ku berdering, kuharapkan itu dari dia. Namun tak juga kutemui ada SMS masuk dengan nama pengirim *MyPrincess* di Inbox ku. Atau panggilan tak terjawab dan panggilan masuk-nya di Call Log HP ku. Bahkan di FB ku tak ada notification 1 pesan, 1 komentar atau pesan dinding dari Princess. Mungkinkah dia lupa dengan janjinya? Atau mungkin dia enggan bertemu denganku? Ahh.. aku harus berpikir positive. Pernah kucoba menghubunginya melalui telpon, SMS, atau FB tanpa menyinggung atau mengingatkan janjinya bersedia jalan denganku. Karena kupikir mungkin dia akan ingat sendiri kalau aku menyapanya. Tapi hal itu tidak terjadi sama sekali. Malu dan berat hati rasanya memaksakan kehendak agar dia menepati janji. Hemm.. biarlah, kutepis saja jauh-jauh pengharapanku ini.

***

 “Lagi dimana princess?”
tanyaku melalui chat Facebook saat kulihat dia juga sedang on line.
“di rumhnya kakakku” balasnya.
“kapan pulang?” tanyaku lagi.
“entar siang”.
“ohh... emm... BTW ntar sore Q mau main ke sekitaran situ” (maksudnya di Daerah sekitaran rumah Princess) Muncul bahasa basa-basiku.
“ngapain??” dia balik bertanya.
“Mau silaturahim kerumah teman”
jawab ku tiba-tiba mengarang. Aku tak mau dulu membeberkan rencanaku yang sbenarnya, karena maksudku yang sebenarnya ingin berkunjung kerumahnya dan bertemu langsung dengannya. Tapi aku gak bohong, aku memang punya teman di daerah yang sama tempat dia tinggal. Arlie, temanku itu nantinya yang akan kupinta untuk menemaniku kesana.
Lama menunggu balasan...

“Ou.. mampir ya kerumah!”

Akhirnya... jawaban yang kutunggu-tunggu muncul juga hohoho... saatnya melancarkan strategi.

“iya.. kalau sempat” jawabku seolah tidak berharap.

Lama tidak di balas, kemudian aku bertanya lagi, pertanyaan yang lagi-lagi hanya berspekulasi atau basa-basi;

“tepatnya dibagian mana rumah princess di daerah situ?”

Lagi-lagi aku menunggu lama balasannya...
tiba-tiba ... jawabannya muncul

“Udah dlu yagh.. mw off nih”

Lemas rasanya tubuhku. Aku tertunduk lesu kemudian menopang kepalaku dengan kedua tangan lalu mengacak-acak rambutku kuat-kuat, ekspresi kecewa ketika kumerasa sulit menerima kenyataan, kenyataan bahwa dia mengacuhkan pertanyaan dan hasratku.

Lama aku merenung, waktu menunjukkan sedikit lagi pukul 15.00. Saatnya aku harus tegas dan harus bersikap pantang menyerah. Kuputuskan tetap kujalankan rencana awal. Kubergegas untuk berangkat dan menemui Arlie dan memintanya menemaniku datang ke rumah Princess. Ya... harus ada yang menemaniku. Karena urat maluku belum putus sama sekali. Aku masih mempunyai rasa malu dalam hal perasaan. Ingin rasanya memutuskan sendiri urat malu itu, tapi aku tak tau di bagian tubuhku yang mana urat malu itu terletak. (ada kahh??)

Sesampai di rumah Arlie, tanpa panjang lebar kuutarakan maksud dari kedatanganku. Namun dia belum mengiyakan keinginanku. “Tak perlu terburu-buru sobat, masih ada waktu. Duduklah dulu sebentar.” Katanya lalu masuk ke ruang dapur. Sekitar 5 menit aku menunggu dan aku sudah gelisah, kemudian dia muncul membawa secangkir minuman dingin dan meletakkannya di meja ruang tamu depan tempatku duduk. “Minumlah, lalu ceritakan padaku, ada apa gerangan dengan gadis yang telah membuatmu datang jauh-jauh dan memintaku menemanimu datang kerumahnya.” Aku meraih cangkir dan kemudian meneguk sedikit minuman dingin itu lalu meletakkannya kembali, “Nantilah aku ceritakan sobat, bantulah aku kali ini.” dengan wajah memelas aku memohon. Mungkin karena dia kasihan padaku akhirnya diapun bersedia.

***

Dengan perasaan yang sulit digambarkan, aku dan Arlie berdiri tepat di depan pintu rumah gadis yang telah membuatku agak gila. Gila dalam artian aku tak pernah senekat ini sebelumnya. Datang kerumah gadis yang sepertinya tak mengharapkan kedatanganku. Apa eksperisinya nanti ketika dia melihatku? Senangkah atau malah merasa risih kah dia?  Kini timbul ketakutan-ketakutan dalam diri. Akan kah dia mengabaikan kedatangan tanpa di? Ahh.. ingin rasanya pergi dari tempat ini saja. Jangan...!!! jangan sampai hal itu terjadi lagi. Aku harus siap menerima kenyataan kali ini. Happy ending or Sad ending,  konsekwensi yang harus siap aku terima.

Setelah tak lama mengetuk pintu rumah itu, akhirnya seorang ibu paruh baya membukakan kami pintu. Ibu itu tampak familiar bagiku. Hmm.. parasnya masih kelihatan ayu. Tidak salah lagi ibu ini pastilah ...., yah, mirip sekali dengan Princess. Setelah mempersilahkan kami masuk dan duduk, ibu itu lalu menanyakan maksud dari kedatangan kami berdua. “Mau ketemu dengan Princess tante”, Arlie mendahuluiku menjawab pertanyaan ibu Princess. “Waduh nak... baru sekitar 15 menit yang lalu dia kembali ke rumah kakaknya, katanya mau nginap disana.” Sial betul nasibku. Kubuka ponselku lalu mengirimi Princess text message; “skrg aQ lg drumah kmu.” Beberapa detik setelahnya ponselku berdering,  *MyPrincess* nama pemanggil yang muncul di layar handphoneku. Kuangkat dan;

Princess:      Ahh.. kamu pasti bohong, coba, aku mau dengar suara ibuku!!,
Aku:               Tu dia... lagi ngobrol dengan temanku.
Jawabku berbisik, takut ibunya dengar.
Princess:      Kasi Hpmu ke ibuku, aku mau ngomong !!!
Aku:               Wah.. mana berani aku neng!!!
Princess:      Oke, aku matikan ya.. kutelpon saja langsung ke nomor ibuku. Awas kalo boong!!!  
Ancamnya karena masih belum percaya kemudian memutuskan panggilan.

            Ponsel ibu-nya berdering. Aku tak mendengar jelas apa yang dibicarakan, sampai ibunya menanyakan yang mana Pangeran Mimpi? lalu temanku menunjukku bahwa akulah si Pangeran yang dicari. “Princess mau bicara” katanya sambil mengulurkan ponselnya padaku.

Princess:      Ehh... soryyyyy.... ku pikir kamu bcanda... knapa dak sms aku dulu kalau mau datang kerumah?
Aku         : hehehe... (sambil memikirkan jawaban), kebetulan rumah kamu dekat dari rumah temanku (jawabku ngarang lagi).
Princess:      Oww,.. soryyy yagh.. ehh, dminum tehnya...! kuenya jg dimakan!, jangan malu-malu!, walaupun dag ada aku dsitu.”

Aku melirik ke meja, ternyata tak kusadari selama nelpon, dua cangkir Teh panas dan 3 toples kue mentega kering telah dijamukan ibunya.

Aku         :       Emm, iya... sory aku udah repotkan ibu kamu
Princess:      Dag pa-apa, skali lagi sory banget, aku juga dag bisa balik lagi kesitu, soalnya jaraknya jauh, okey deh... selamat datang drumahku.. udah dlu yagh... 
Katanya mengakhiri pembicaraan.

Tersipu malu aku menyerahkan kembali ponsel itu ke ibunya. Aku tak menduga dia akan menelponku. Semenjak 1 tahun 7 bulan, ini merupakan panggilan telpon pertamanya padaku. Walaupun lagi-lagi tak sempat bertemu, tapi hari ini sudah cukup membuatku bisa tersenyum lega. Yah... walaupun tak sepadan dengan usaha dan perjuangan yang kulakukan. Dan aku tetap berharap suatu waktu pertemuan itu akan terjadi. Entah dimana takdir mempertemukan. Mudah-mudahan saja.... (Aminkan tawwa.. Amiiiieeennn)

***

Bosan hanya tinggal di rumah, aku putuskan keluar mencari udara segar yang kuharapkan bisa mengobati rasa suntukku hari ini. kutunggangi kuda besi ku menuju alun-alun kota tempatku menetap. Sesampai di alun-alun, aku memilih duduk di koridor sebuah bangunan tak berdinding, semacam Baruga/pendopo yang berukuran besar dan luas, terletak di sudut alun-alun yang setiap harinya sangat ramai di kunjungi orang-orang yang juga mencari udara segar sepertiku, bersantai dengan keluarga, teman, sahabat dan banyak juga yang berpacaran disana.

Kubuka laptop yang sengaja kubawa dari rumah untuk menemaniku, karena kutau di tempat ini tersedia Wi Fi, wireless / jaringan internet gratis untuk umum. Tapi pengelola menyetting waktunya baru bisa terkoneksi mulai dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore saja. Wajarlah jika pengelola bangunan yang notabene adalah salah satu instansi pemerintahan setempat memberlakukan itu. Pasalnya jika diaktifkan hingga malam hari, akan semakin banyak “pengantin baru” yang belum cukup umur disetiap bulannya. Karena selain on line kebanyakan muda-mudi di kota ini seringkali tertangkap basah sedang bermaksiat setelah membuka situs-situs porno.

On line, salah satu cara yang cukup ampuh  menghilangkan penatku.  Kumulai masuk ke link Facebook lalu me-log in account ku. Seperti biasanya, hal yang pertama kali kulakukan adalah melihat akun Facebook milik Princess. Namun belum sempat aku melakukan itu tiba-tiba aku dikejutkan dengan tangan lembut yang menepuk pundakku, refleks aku berbalik mengarah kepadanya. “Hai Pangeran Mimpi!!!” sapanya. Tubuhku bergetar lalu kaku seolah tak mampu berbuat apa-apa. Aku terperangah, takjub bahkan masih tak percaya. Mimpikah aku??? pemilik tangan lembut yang menepuk pundakku adalah gadis yang selama ini ku cari-cari, gadis yang di awal pertemuanku menyemprotkan kata-kata kasar dan mengucapkan sumpah-sumpah serapahnya padaku, gadis yang membuatku menghabiskan waktuku hanya untuk memikirkannya, Gadis yang selama ini membuatku gila, gadis yang baru saja ingin ku buka profile facebooknya untuk kupandangi setiap foto-foto yang ada di Albumnya kini berdiri dan tersenyum manis persis di hadapanku. Aku masih terpaku. Dia menatapku heran dengan tingkahku ini. Rasanya nafasku tertahan ketika dia mulai duduk disampingku, sangat dekat hingga bahu kami merapat. Oohhhh tuhan... Kucoba menarik nafasku dalam-dalam. Kucoba menghilangkan kegrogianku. Aku mulai bisa ..................................................................................... Samar-samar terdengar ada suara lain yang memanggil-manggil namaku. Itu suara mama ku, “Jangan ganggu dulu ma..!!! ngerti dong masalah anak muda!!” kemudian aku mengabaikan panggilan mama dan berbalik arah memandang wajah Princessku yang sangat kusayangi itu. Tapi.... tak kudapati lagi wajah yang sangat manis itu, dia lenyap begitu cepat. Yang ada hanya bantal guling terletak rapat tepat disamping bahuku. “Woe.. anak muda tukang mimpi, sana bangun..!! udah siang!!!.

Arrrrggggggggghhhhhhh.... semua memang hanya mimpi!!!!! Jika bermimpi kayak gini, rasanya tak mau bangun meski harus tidur hingga seribu tahun lamanya. (hehehe..Lebbay mu cowo’!!)

***

Di selubung hati
Aku menyimpan berjuta rindu..
Rindu yang telah kubawa jauh.
Pahit memendamnya,
Namun manis memilikinya

Qserahkan pada penguasa waktu
Menuntunku hingga ke pertemuan itu
Atau memutar haluanku
mengarahkan kepertemuan  yang lain…


Cinta ditolak, perasaan sayang yang tak terbalas, dan hubungan Cinta yang harus terputus adalah sesuatu hal   yang pahit dan menyakitkan. Namun ada satu hal yang lebih pahit lagi, ketika memiliki rasa cinta namun hanya dipendam, tak mampu untuk diungkapkan. (na’udjubillah)

THE END

Khairil Hasrat
Makassar, 25 September 2010
(cerpen pertama)

1 comment: